Keberangkatan dari Jakarta menuju Denpasar saya menggunakan pesawat.
Setibanya jam 10:30wita di Ngurah Rai sayapun melanjutkan ke Hotel yang tidak jauh dari bandara bila menggunakan kendaraan, saya putuskan berjalan kaki yang ternyata...jauh juga.
Malamnya pun jam 21:00wita dari hotel saya bersiap menuju Gunung Batur yang terletak dikawasan Kintamani, Kab.Bangli.
Jarak dari Hotel menuju Gunung Batur 70.8KM atau 2 jam perjalanan, karena berjalan malam saya tiba di Pos Gunung Batur jam 23:44wita.
![]() |
Bersama teman di drop di TKP |
![]() |
Peta Gunung Batur |
Tiba di Pos Registrasi ternyata tidak ada orang sama sekali, hanya anjing yang mengaung sepanjang malam menemani.
Sayapun beristirahat sambil membuat mie di Pondok yang memang disediakan untuk wisatawan menunggu.
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan jam 1:00wita dini hari dan masih belum tampak orang satupun, hanya anjing yang terus menerus berbalas melonglong panjang.
Akhirnya tepat jam 2:00wita dini hari, satu mobil sedan lewat dan masuk area pos. satu orang keluar dari mobil itu, saya bergegas menghampiri dan menyapa "bli, maaf apa betul disini tempat pendaftaran naik gunung batur ?"
Beliau yang bingung tidak menjawab, justru membalas dengan pertanyaan lagi...
"mas sendiri ? dari jam berapa ? dari mana asal ? ...sayapun menjawab dan diapun menjawab ya disini tempat pendaftaran".
Syukur Alhamdulillah ternyata beliau adalah Kordinator dan Pengawas para Guide di Gunung Batur.
beliau menulis kertas sambil memberikan informasi biaya :
Wisatawan Lokal : Rp. 310.000,-/orang
Wisatawan Asing : $50- $70USD/orang (tergantung travel yang diambil)
(biaya diatas belum termasuk tips)
Melihat malam itu sama sekali belum ada guide / orang lain, Pak.Nyoman menawarkan diri untuk menemani saya menuju puncak Gunung Batur.
Setelah meninggalkan barang yang tidak perlu dibawa ke atas di Pos Registrasi, sayapun bergerak jalan.
Persiapan saya menuju Summit :
1. Mineral Water ukuran sedang 3
2. Senter 1
3. Tisu Basah
4. Topi Kupluk
5. Syal
6. Jaket tipis parasut
7. Sepatu Hiking
note : barang dapat dititip di pos pendakian biaya gratis
Jam 2 lewat saya memulai pendakian...
Jam 3:30wita saya sudah tiba di Puncak 1.
Ternyata saya adalah yang pertama tiba di Puncak. dari kejauhan saya lihat lampu lampu senter para pendaki sudah mulai ramai terlihat. Bli menyarankan tidur dulu sejenak sambil menunggu jam 4:30wita, tidak ada moment yang dapat diambil karena keadaan masih gelap.
![]() |
Gunung Batur Sunrise |
Setelah cukup istirahat saya melanjutkan kembali perjalanan menuju Puncak 2. tidak memakan waktu lama saya tiba di Puncak 2 dan beristirahat di sebuah warung kopi yang tidak berpenghuni.
Keadaan masih sangat gelap hanya cahaya lampu rumah kecil yang terlihat dari ketinggian ini.
![]() |
Gunung Batur Sunrise |
![]() |
Gunung Batur Sunrise |
![]() |
Gunung Batur Cliff |
![]() |
With two students from Australia |
![]() |
Batur Monumen with other touris |
Setelah puas mengabadikan semua moment, 15menit saya turun dan singgah untuk mengabadikan moment di Tugu Gunung Batur.
1 Jam perjalanan kembali ke Pos Registrasi Batur.
Setibanya di Pos Registrasi, saya langsung memesan makan mie telor nasi gorengan dan minuman dingin dengan harga Rp. 25.000,-
Puncak 2 Gunung Batur ![]() |
Monkey at Batur |
![]() |
Pak.Nyoman |
Setelah rapih, Pak. Nyoman dengan baik hati mengantar saya ke tempat tujuan saya berikutnya.
![]() |
Pos Registrasi Gunung Batur |
Sejarah Gunung Batur
==Kaldera==
Terletak di barat laut [[Gunung Agung]], gunung memiliki [[kaldera]] berukuran 13,8 x 10 km dan merupakan salah satu yang terbesar di dunia (van Bemmelen, 1949). Pematang kaldera tingginya berkisar antara 1267 m - 2152 m (puncak G. Abang). Di dalam kaldera I terbentuk kaldera II yang berbentuk melingkar dengan garis tengah lebih kurang 7 km. Dasar kaldera II terletak antara 120 - 300 m lebih rendah dari Undak Kintamani (dasar Kaldera I). Di dalam kaldera tersebut terdapat danau yang berbentuk bulan sabit yang menempati bagian tenggara yang panjangnya sekitar 7,5 km, lebar maksimum 2,5 km, kelilingnya sekitar 22 km dan luasnya sekitar 16 km2 yang yang dinamakan [[Danau Batur]]. Kaldera Gunung Batur diperkirakan terbentuk akibat dua letusan besar, 29.300 dan 20.150 tahun yang lalu <ref name="geologi">http://www.vsi.esdm.go.id/gunungapiIndonesia/batur/geologi.html</ref>.
Gunung Batur terdiri dari tiga kerucut gunung api dengan masing-masing kawahnya, Batur I, Batur II dan Batur III.
Letusan
Gunung Batur telah berkali-kali meletus. Kegiatan letusan G. Batur yang tercatat dalam sejarah dimulai sejak tahun 1804 dan letusan terakhir terjadi tahun 2000. Sejak tahun 1804 hingga 2005, Gunung Batur telah meletus sebanyak 26 kali[2] dan paling dahsyat terjadi tanggal 2 Agustus dan berakhir 21 September 1926. Letusan Gunung Batur itu membuat aliran lahar panas menimbun Desa Batur dan Pura Ulun Danu Batur.
Desa Batur yang baru, dibangun kembali di pinggir kaldera sebelah selatan Kintamani. Pura Ulun Danu dibangun kembali, hingga saat ini masih terkenal sebagai pura yang paling indah di Bali. Pura ini dipersembahkan untuk menghormati "Dewi Danu" yakni dewi penguasa air, seperti halnya pura yang terdapat di Danau Bratan juga dipersembahkan untuk memuja "Dewi Danu".
Objek wisata
Kawasan Gunung Batur terkenal sebagai obyek wisata andalan Kabupaten Bangli. Konon menurut cerita dalam Lontar Susana Bali, Gunung Batur merupakan puncak dari Gunung Mahameru yang dipindahkan Batara Pasupati untuik dijadikan Sthana Betari Danuh (istana Dewi Danu). Pada waktu tertentu, seluruh umat Hindu dari berbagai daerah di Bali datang ke Batur menghaturkan Suwinih untuk mengusir bencana hama yang menimpa ladang mereka. Dengan menghantarkan suminih ini maka kawasan gunung Batur menjadi daerah yang subur.Daerah yang dapat ditonjolkan sebagai obyek wisata adalah kawah, kaldera dan danau. Terdapat aliran air dalam tanah yang mengalirkan air Danau Batur, yang muncul menjadi mata air di beberapa tempat di Bali dan dianggap sebagai "Tirta Suci"
Wisata budaya yang terdapat di kawasan Gunung Batur adalah Trunyan. Meskipun seluruh penduduk Trunyan beragama Hindu seperti umumnya masyarakat Bali, mereka menyatakan bahwa Hindu Trunyan merupakan Hindu asli warisan kerajaan Majapahit. Di sebelah utara Trunyan terdapat kuban, sebuah tempat makam desa, namun jenazah tidak dikuburkan atau dibakar, melainkan diletakkan di bawah pohon setelah dilakukan upacara kematian yang rumit. Tempat pemakamanan ini dipenuhi oleh tulang-tulang, dan bisa jadi kita menemukan mayat yang masih baru.
[sumber:Wikipedia]
Boleh minta cp nya pak nyoman. Sy berniat kesana akhir bulan jni
BalasHapus