Kamis, 29 Januari 2015

Solo Backpacker Gunung Batur 1717mdpl




Keberangkatan dari Jakarta menuju Denpasar saya menggunakan pesawat.
Setibanya jam 10:30wita di Ngurah Rai sayapun melanjutkan ke Hotel yang tidak jauh dari bandara bila menggunakan kendaraan, saya putuskan berjalan kaki yang ternyata...jauh juga.

Malamnya pun jam 21:00wita dari hotel saya bersiap menuju Gunung Batur yang terletak dikawasan Kintamani, Kab.Bangli.
Jarak dari Hotel menuju Gunung Batur 70.8KM atau 2 jam perjalanan, karena berjalan malam saya tiba di Pos Gunung Batur jam 23:44wita.




Bersama teman di drop di TKP
Peta Gunung Batur
















Tiba di Pos Registrasi ternyata tidak ada orang sama sekali, hanya anjing yang mengaung sepanjang malam menemani.

Sayapun beristirahat sambil membuat mie di Pondok yang memang disediakan untuk wisatawan menunggu.

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan jam 1:00wita dini hari dan masih belum tampak orang satupun, hanya anjing yang terus menerus berbalas melonglong panjang.

Akhirnya tepat jam 2:00wita dini hari, satu mobil sedan lewat dan masuk area pos. satu orang keluar dari mobil itu, saya bergegas menghampiri dan menyapa "bli, maaf apa betul disini tempat pendaftaran naik gunung batur ?"
Beliau yang bingung tidak menjawab, justru membalas dengan pertanyaan lagi...
"mas sendiri ? dari jam berapa ? dari mana asal ? ...sayapun menjawab dan diapun menjawab ya disini tempat pendaftaran".

Syukur Alhamdulillah ternyata beliau adalah Kordinator dan Pengawas para Guide di Gunung Batur.
beliau menulis kertas sambil memberikan informasi biaya :
Wisatawan Lokal   : Rp. 310.000,-/orang
Wisatawan Asing   : $50- $70USD/orang (tergantung travel yang diambil)
(biaya diatas belum termasuk tips)

Melihat malam itu sama sekali belum ada guide / orang lain, Pak.Nyoman menawarkan diri untuk menemani saya menuju puncak Gunung Batur.
Setelah meninggalkan barang yang tidak perlu dibawa ke atas di Pos Registrasi, sayapun bergerak jalan.
Persiapan saya menuju Summit :
1. Mineral Water ukuran sedang 3
2. Senter 1
3. Tisu Basah
4. Topi Kupluk
5. Syal
6. Jaket tipis parasut
7. Sepatu Hiking

note : barang dapat dititip di pos pendakian biaya gratis

Jam 2 lewat saya memulai pendakian...
Jam 3:30wita saya sudah tiba di Puncak 1.
Ternyata saya adalah yang pertama tiba di Puncak. dari kejauhan saya lihat lampu lampu senter para pendaki sudah mulai ramai terlihat. Bli menyarankan tidur dulu sejenak sambil menunggu jam 4:30wita, tidak ada moment yang dapat diambil karena keadaan masih gelap.

Gunung Batur Sunrise

Setelah cukup istirahat saya melanjutkan kembali perjalanan menuju Puncak 2. tidak memakan waktu lama saya tiba di Puncak 2 dan beristirahat di sebuah warung kopi yang tidak berpenghuni.
Keadaan masih sangat gelap hanya cahaya lampu rumah kecil yang terlihat dari ketinggian ini.

Gunung Batur Sunrise
Akhirnya...2 orang wisatawan asing tiba dengan guide 1 orang, beberapa menit kemudian mulailah satu-persatu para turis asing berdatangan. Pak.Nyoman menawarkan saya makan mie dan kopi gratis yang dibawa guide dari bawah, Alhamdulillah.


Gunung Batur Sunrise

 
Gunung Batur Cliff
 

















With two students from Australia











Batur Monumen with other touris



















Setelah puas mengabadikan semua moment, 15menit saya turun dan singgah untuk mengabadikan moment di Tugu Gunung Batur.

1 Jam perjalanan kembali ke Pos Registrasi Batur.

Setibanya di Pos Registrasi, saya langsung memesan makan mie telor nasi gorengan dan minuman dingin dengan harga Rp. 25.000,-






Puncak 2 Gunung Batur

Monkey at Batur
Setelah kenyang sayapun sempatkan diri untuk berfoto dengan Pak.Nyoman dan memberikan tips Rp.100.000,- Terimakasih Pak.
Pak.Nyoman

Setelah rapih, Pak. Nyoman dengan baik hati mengantar saya ke tempat tujuan saya berikutnya.




Pos Registrasi Gunung Batur

Sejarah Gunung Batur

==Kaldera==
Terletak di barat laut [[Gunung Agung]], gunung memiliki [[kaldera]] berukuran 13,8 x 10 km dan merupakan salah satu yang terbesar di dunia (van Bemmelen, 1949). Pematang kaldera tingginya berkisar antara 1267 m - 2152 m (puncak G. Abang). Di dalam kaldera I terbentuk kaldera II yang berbentuk melingkar dengan garis tengah lebih kurang 7 km. Dasar kaldera II terletak antara 120 - 300 m lebih rendah dari Undak Kintamani (dasar Kaldera I). Di dalam kaldera tersebut terdapat danau yang berbentuk bulan sabit yang menempati bagian tenggara yang panjangnya sekitar 7,5 km, lebar maksimum 2,5 km, kelilingnya sekitar 22 km dan luasnya sekitar 16 km2 yang yang dinamakan [[Danau Batur]]. Kaldera Gunung Batur diperkirakan terbentuk akibat dua letusan besar, 29.300 dan 20.150 tahun yang lalu <ref name="geologi">http://www.vsi.esdm.go.id/gunungapiIndonesia/batur/geologi.html</ref>.
Gunung Batur terdiri dari tiga kerucut gunung api dengan masing-masing kawahnya, Batur I, Batur II dan Batur III.

Letusan



Lava dari letusan Gunung Batur (1926 ?) nyaris menimbun candi bentar di komplek pura.

Gunung Batur telah berkali-kali meletus. Kegiatan letusan G. Batur yang tercatat dalam sejarah dimulai sejak tahun 1804 dan letusan terakhir terjadi tahun 2000. Sejak tahun 1804 hingga 2005, Gunung Batur telah meletus sebanyak 26 kali[2] dan paling dahsyat terjadi tanggal 2 Agustus dan berakhir 21 September 1926. Letusan Gunung Batur itu membuat aliran lahar panas menimbun Desa Batur dan Pura Ulun Danu Batur.
Desa Batur yang baru, dibangun kembali di pinggir kaldera sebelah selatan Kintamani. Pura Ulun Danu dibangun kembali, hingga saat ini masih terkenal sebagai pura yang paling indah di Bali. Pura ini dipersembahkan untuk menghormati "Dewi Danu" yakni dewi penguasa air, seperti halnya pura yang terdapat di Danau Bratan juga dipersembahkan untuk memuja "Dewi Danu".

Objek wisata

Kawasan Gunung Batur terkenal sebagai obyek wisata andalan Kabupaten Bangli. Konon menurut cerita dalam Lontar Susana Bali, Gunung Batur merupakan puncak dari Gunung Mahameru yang dipindahkan Batara Pasupati untuik dijadikan Sthana Betari Danuh (istana Dewi Danu). Pada waktu tertentu, seluruh umat Hindu dari berbagai daerah di Bali datang ke Batur menghaturkan Suwinih untuk mengusir bencana hama yang menimpa ladang mereka. Dengan menghantarkan suminih ini maka kawasan gunung Batur menjadi daerah yang subur.
Daerah yang dapat ditonjolkan sebagai obyek wisata adalah kawah, kaldera dan danau. Terdapat aliran air dalam tanah yang mengalirkan air Danau Batur, yang muncul menjadi mata air di beberapa tempat di Bali dan dianggap sebagai "Tirta Suci"
Wisata budaya yang terdapat di kawasan Gunung Batur adalah Trunyan. Meskipun seluruh penduduk Trunyan beragama Hindu seperti umumnya masyarakat Bali, mereka menyatakan bahwa Hindu Trunyan merupakan Hindu asli warisan kerajaan Majapahit. Di sebelah utara Trunyan terdapat kuban, sebuah tempat makam desa, namun jenazah tidak dikuburkan atau dibakar, melainkan diletakkan di bawah pohon setelah dilakukan upacara kematian yang rumit. Tempat pemakamanan ini dipenuhi oleh tulang-tulang, dan bisa jadi kita menemukan mayat yang masih baru.
[sumber:Wikipedia]















Catatan Perjalanan Goa Langse Parang Tritis Jogja


Goa Langse

Goa Langse

 
Berawal dari satu cerita dari seorang sahabat Nyimas Kencana Wungu, dia melakukan perjalanan spiritual sendirian di malam hari. Dan bercerita bagaimana aura mistis yang sangat tebal menyelimuti ruang dan kawasan Goa ini.

Saya berangkat jam 03:00wib dini hari dari Jakarta menggunakan kendaraan menuju Jogja. Estimasi perjalanan target 10 jam sudah tiba di Kota Jogja. Tiba di Kota Jogja jam 13:00wib siang.

Saya langsung menuju tempat tujuan utama, yaitu Goa Langse. Dari Jogja bisa mengambil arah Pantai Parang Tritis sekitar 1jam dengan jarak 27KM. Disaat tiba di Pantai Parang Tritis bergerak ke arah timur, apabila bingung anda dapat bertanya pada warga lokal.

Jalur Menuju Goa Langse
Jalur pedesaan yang sangat memanjakan mata, pemandangan yang indah tentunya membuat anda akan tenang dan damai.

Jalur Menuju Goa Langse, dibawah Pantai Parang Tritis
Pantai Parang Tritis dari Kejauhan

Jalur Menuju Goa Langse
Sesekali saya berhenti untuk mengabadikan moment berharga ini, subhan Allah sungguh ini ciptaan-Mu. Jangan khawatir untuk bertanya pada warga sekitar, karena saya melakukan hal ini dan Alhamdulillah tiba di Pos Penjagaan Goa Langse.

Pos Lapor Goa Langse
Kendaraan dapat parkir di Area Pos Penjagaan, aman. Untuk biaya tidak dipatok harga tergantung dari pengunjung memberikan donasi. Setelah mendaftar penjaga inipun menemani saya menuju Goa. Karena jalur yang sangat berbahaya, disarankan menggunakan Guide.                                            Tarif Guide Penjaga Rp.100.000,-

Tidak hanya sebagai Guide, beliau membantu membawakan air dan makanan.
Untuk awal perjalanan kita akan melewati jalur hutan.
Jalur Menuju Goa Langse dengan Berjalan Kaki
Jalur Goa Langse
Jalur menuju Goa Langse sangat dijaga dan dipelihara oleh penduduk setempat. Selepas dari jalur Pepohonan, inilah persiapan anda harus berhati-hati. Salah melangkah nyawa melayang, anda akan menuruni tebing yang terjal. Tanpa pengaman tentunya saya harus berhati-hati, walaupun sudah disediakan anak tangga dan tali tiap menuruni tebing-tebing.

Jalur setapak dengan sisi tebing terjal
Pemandangan langsung pantai dibawah, membuat saya berhenti sejenak sambil menikmati udara sejuk pantai.

Menuruni Tebing
Berjalan dengan hati-hati dan tidak mengejar waktu membuat diri saya lebih tenang dalam perjalanan ini. Setelah saya menuruni tebing dan di jalur akhir baru jalan menjadi datar. Namun, disinilah tantangan yang sebenarnya dimulai.

Tidak heran beberapa pada bulan maret 2014 salah satu paranormal asal Semarang harus kehilangan nyawa di Goa ini. Sayang saya tidak sempat mengabadikan jalur ini, tapi saya coba mengkopi foto salah satu peziarah saat menapaki jalur.

Sangat berbahaya apabila kehilangan keseimbangan pada saat menapaki jalur ini, satu langkah salah, jurang menanti.
Jalur Goa Langse
Alhamdulillah, setelah melewati jalur extreme diatas, tibalah saya di Goa Langse
View dari Goa Langse

View dari Goa Langse
Dan didepan sudah tampak pintu masuk Goa Langse, dan hebat seorang ibu tua yang membuka warung tepat di bibir Goa.
Pintu Goa Langse Sebelah Kanan

Goa Langse dan Warung Ibu Penjual Makanan
Sebelah kiri dari tangga masuk Goa, terdapat tempat istirahat ukuran 2x3 meter untuk pengunjung yang ingin beristirahat. dan Sebelah kanan warung si ibu.
Masuk ke Dalam Goa Langse
Sayapun masuk kedalam bersama teman saya. Saya merasakan energi yang besar menyelimuti tiap dinding-dinding Goa. Semakin penasaran didalam Goa yang menurut cerita tempat petilasan dua Tokoh Sentral Spiritualis Jawa Sunan Kalijaga dan Panembahan Senopati.

Lebar Goa ini tidak lebih dari 10 Meter dan Panjang 30 Meter, dan tempat petilasan tersebut kita harus menaiki tangga kembali sampai jalan mengecil.

Tiba di titik petilasan biasa yang digunakan peziarah untuk semedi, sayapun mencoba untuk hening. Lucu hawa yang saya rasakan didalam terasa sangat sejuk dan adem, sementara teman saya mandi keringat terus menerus panas disini. tidak lama sayapun ditinggal sendirian.


Hening, Goa Langse
Didalam saya melihat bekas sisa orang yang mengadakan ritual, entah ritual seperti apa, asal tidak berlaku syirik pada Allah SWT ya.

Kurang lebih 1 jam saya didalam sendiri tanpa lampu, cahaya, suara  yang mengganggu. Betul adanya atas kepercayaan orang-orang Goa Langse mengandung daya magis yang sangat kuat.

Sayapun kembali dengan perut lapar, dan mampir di warung ibu untuk makan, dan sedikit mengabadikan apa yang saya lihat.
View dari Goa Langse

View dari Goa Langse
Setelah puas di Goa Langse, sayapun kembali ke tempat pos penjagaan.
Didepan Goa Langse


Sejarah Goa Langse
Merupakan goa pertapaan yang berwujud suatu lorong di bawah batu karang,yang mulutnya menghadap kearah laut lepas. Goa ini dapat dicapai dengan menuruni batu karang yang terjal, dan berbatuan melalui tangga dari tali atau bambu, untuk itu diperlukan suatu keberanian yang prima dan ketrampilan khusus. Pada saat air laut pasang, mulut goa ini tertutup oleh air laut, sehingga untuk masuk atau keluar dari goa, hanya dapat dilakukan pada saat air laut surut.

Gunungkidul memang kental dengan mitos. Ribuan tempat yang dipercaya memiliki nilai spiritualitas tersebar di banyak tempat. Lagi-lagi karena daerah ini memiliki sejarah panjang dan hubungan dengan banyak kerajaan seperti Majapahit dan Mataram yang menjadikan mitos itu begitu kuat. Lagi-lagi ini mitos. Ada yang meyakini ada yang tidak. Salah satu tempat yang cukup terkenal adalah Gua Langse di tebing pantai selatan yang berada di Pedukuhan Gabug, Kecamatan Purwosari Gunungkidul.

Suasana pantai, panorama laut selatan dan sunset menambah keindahan pemandangan di sekitar gua yang amat luas ini. Dipenuhi stalaktit dan stalakmit, sungai bawah tanah yang sangat licin, serta sebuah sumur berair tawar.

Gua Langse merupakan tempat ziarah atau wisata rohani dan dibuka untuk umum sejak tahun 1948. Panembahan Senopati melakukan tirakat selama 40 hari di gua ini memohon tambahan kekuatan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebelum memulai membuka Alas Mentaok yang akan digunakan sebagai ibukota Kerajaan Mataram. Gua Langse pernah juga dipakai tirakatan oleh Sunan Kalijaga, Syekh Siti Jenar, Raja-raja Mataram, Pangeran Diponegoro, bahkan Presidan RI Soekarno, Soeharto dan Jendral Sudirman.

Gua Langse berada di sebelah tenggara pantai Parangtritis dan Pantai Parangndok. Akses menuju lokasi cukup jelas ketika berada di Pantai Parangtritis atau Gardu Pandang Parangndok karena sudah ada plang yang mengarahkan perjalanan. Kedalaman Gua Langse ini sekitar 100-200 meter dengan dua ruangan utama, di dalam gua terdapat tempat ritual. Pelaku spiritual yang sungguh-sungguh bersamadi di ruang dalam yang gelap gulita. Sedangkan para pemula bisa tetirah di dekat dengan mulut gua atau di sebuah bangunan yang lokasi tidak jauh dari lokasi gua yang dibangun oleh kelompok Penghayat Kepercayaan Purnomo Sidi dari Kedunglumbu Surakarta.

Gua Langse ini dulu juga merupakan tempat bersarangnya Burung Walet, namun sekarang burung-burung itu sudah tidak ada lagi di tempat ini. Dengan ketinggian tebing nyaris tegak lurus, perjalanan menuju wisata Gua Langse menjadi tantangan tersendiri. Jalan menuju ke kaki tebing tempat gua berada berupa campuran antara tangga, akar dan tonjolan bebatuan. Di dalam gua terdapat peraturan dilarang berbicara, memotret dan menghidupkan cahaya, khususnya di ruangan semedi.


Cerita lain menurut Dr. Hermanus Johannes de Graaf, ilmuwan Belanda yang mengkhususkan diri dalam pengkajian tanah Jawa, menyebut Goa Langse sebagai Goa Kanjeng Ratu Kidul. Oleh sebab itu, Goa ini merupakan tempat yang sering dikunjungi oleh reraja Mataram. Di Goa ini konon pernah bersemedi pula Syekh Siti Jenar maupun Sunan Kalijaga.

Tempat pertemuan dua penguasa dari alam yang berbeda itu dikenal dengan nama Goa Langse. Goa ini termasuk dalam wilayah administratif Desa Girirejo, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi DI Yogyakarta. Goa yang hingga kini dikenal sebagai tempat semadi atau “nenepi” itu jaraknya sekitar 30 kilometer arah selatan Kota Yogyakarta. Setiap hari, selalu ada orang yang mendatangi tempat ini, dengan maksud memanjatkan doa agar memperoleh keberhasilan dan kesejahteraan dalam hidupnya. Pada saat tertentu seperti malam Selasa dan Jumat Kliwon, pengunjung Goa Langse lebih banyak lagi jumlahnya, rata-rata mencapai 30 orang.

Solo Backpacker Gunung Abang 2152mdpl


Gunung Abang Kintamani


Gunung Batur dari kejauhan diambil dari Gunung Abang

Rasa keingintahuan saya terhadap gunung ke-tiga tertinggi di Pulau Bali ini yang menyebabkan saya ingin mencapai puncak yang konon menurut warga lokal terdapat Pura yang disakralkan.

Gunung Abang terletak di daerah Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli,  Gunung Abang memiliki ketinggian 2151mdpl dan kaki Gunung ini berada di sisi lingkaran luar Danau Batur.

Dengan baik hati Pak.Nyoman mau mengantar saya sampai titik pendakian,  sepanjang jalur menuju titik pendakian sangat eksotis dan penuh aura magis. sesekali mobil Pak.Nyoman tidak kuat untuk menanjak dan mengharuskan saya untuk turun.

Jalur Menuju Gunung Abang

Jalur Menuju Titik Pendakian Gunung Abang
Jarak tempuh dari Pos Registrasi Batur menuju Titik Pendakian Gunung Abang sangat dekat, hanya 20menit tepat jam 10:20wita saya sudah tiba di titik pendakian.

Setibanya dilokasi, saya melihat Pos Registrasi yang kurang terawat, hanya berbentuk Pondok terbuka tanpa jendela dan tidak ada satupun orang dipondok atau lokasi ini.

Pak.Nyoman setia menunggu sampai ada warga lokal lewat, dan Alhamdulillah seorang petani lewat dan menghampiri. Dengan bahasa Bali Pak.Nyoman menyampaikan niat saya untuk mendaki Gunung Abang.

Seperti nama Bali umumnya, panggil saja Pak.Made. Sedikit informasi yang disampaikan namun cukup memberikan saya pengetahuan tata cara / adat yang harus saya penuhi.
Salah satunya Registrasi Rp. 350.000,- termasuk biaya Guide (exclude tips)

Beliau menjelaskan harga tersebut sudah ditentukan oleh perkumpulan warga setempat / saya bisa sebut karang taruna. Tidak perlu heran apabila ingin mendaki Gunung-gunung di Bali terbilang mahal, menurut adat Bali, apabila orang meninggal di Gunung tersebut, maka harus diadakan ritual cuci gunung dengan memakan biaya ratusan juta dan waktu yang tidak sebentar.

Setelah Pak.Nyoman pulang saya ditemani oleh warga setempat sambil menunggu persiapan saya mendaki.
Karena niat saya hanya menuju Puncak lalu kembali tidak bermalam dipuncak. Barang-barang saya dititip dirumah Pak.Made.

Sebelum naik saya sempatkan diri untuk setoran karena perut mules. Dengan berbekal tisu basah cari semak, ritualpun dimulai. hahaha

Bersama Warga Desa

Bersama Warga Desa Sebelum Naik

Barang yang saya bawa /gunakan dalam naik Gunung Abang :
1. Kompor+Nesting
2. Mie 4 bungkus
3. Nasi 1 bungkus
4. Tisu basah
5. Air mineral sedang 4
6. Topi kupluk
7. Sepatu hiking
8. Senter

Titik Pendakian Gunung Abang
note : Untuk catatan waktu yang ditempuh dari Titik Awal - Summit sekitar 3 Jam .


Jam 11:30wita saya dan kakak begitu saya menyebut guide saya memulai pendakian. Kakak ini sangat ramah, selalu tersenyum dengan tutur kata yang halus kalau bicara.

Sepanjang perjalanan kakak banyak diam, sambil mendengarkan radio HT yang dia bawa. Di desa Abang perkumpulan karang taruna cukup aktif, beliau salah satu pengurus karang taruna Desa Abang.

Jalur dengan pemandangan apabila melihat sebelah kiri danau Batur dan Gunung Batur sangat indah dan sebelah kanan hutan lebat. Harus berhati-hati karena sebelah kiri langsung jurang.


30 menit berjalan saya tiba di Pos 1, disini terdapat Pelinggih. Dengan kontur tanah yang lembab rumput alang besar, hutan tropis yang lebat, udara yang sejuk, matahari yang tertutup pepohonan membuat hati tenang dan bau alam yang sangat segar damai dihati. Rasanya tidak bisa digambarkan.


1 jam berjalan saya tiba di Pos II, disini terdapat Pelinggih juga. perjalananpun saya teruskan menuju puncak. Perjalanan semakin sempit dengan jalur yang cukup tidak membuat pendaki tersasar, karena sebenarnya jalur menuju puncak Gunung Abang hanya satu jalur, kemungkinan tersesat sangat kecil, namun sebisa mungkin hindari takabur dan sombong ya.

1 jam lebih saya berjalan Alhamdulillah saya sampai di puncak Gunung Abang.

Puncak Gunung Abang / Pura Tuluk Biyu

jam 15:00wita Puji Syukur saya telah sampai di Puncak Gunung Abang, terdapat Pura yang diberi nama Pura Tuluk Biyu. Dengan rasa lapar yang saya tahan selama perjalanan, sayapun segera menyiapkan perlengkapan untuk memasak.

Saya langsung habiskan perbekalan saat itu juga, alhasil terpaksa ritual mengosongkan perut kembali saya lakukan, untuk menghormati pura suci ini saya harus turun sendiri kebawah mencari tkp yang tepat untuk ritual.

Pura Tuluk Biyu
Setelah cukup lama saya beristirahat kabutpun sudah mulai turun, semua peralatan telah masuk kedalam tas, sampah-sampah sudah masuk kedalam tas, jam 16:00wita saya kembali turun.

Pura Tuluk Biyu

Pura Tuluk Biyu
Benar adanya, saat kaki saya keluar dari area Pura, hujanpun turun diikuti oleh kabut.
Saat turun ini se ekor lebah yang terus menemani saya, disaat saya berhenti istirahat lebah ini selalu mengelilingi saya seolah menyuruh jangan berhenti lama.

jam 16:30wita saat saya tiba di pos 2, tenaga rasanya sudah habis karena dengkul sudah tidak bisa menahan berat beban tubuh. sayapun istirahat sejenak, kembali sang lebah terus menerus mengelilingi saya seolah menyuruh melanjutkan perjalanan.

Dengan jalan pelan saya paksakan diri untuk berjalan, alhasil saya jatuh lemas.
Ternyata efek dari naik Gunung Batur pagi tadi baru terasa sekarang.

Dan saya putuskan untuk berjalan mundur.
Selama perjalanan menuju kebawah saya terus berjalan mundur dan mundur, mungkin hanya ini satu satunya cara biar saya bisa sampai.


Setelah melewati pos 1 tidak terasa hari sudah semakin gelap, waktu menunjukkan jam 17:30wita.
ditengah perjalanan saya sempatkan diri untuk tidur sejenak.

30menit kemudian saya melanjutkan perjalanan sambil berjalan mundur dan dibantu tongkat kayu Alhamdulillah saya tiba di kaki Gunung Abang pada jam 18:30wita dan langsung diantar menggunakan motor yang sudah dicall sebelumnya oleh kakak untuk menjemput saya.

Setiba dirumah kakak saya langsung tidur, entah berapa lama saya tidur. sebangunnya saya, didepan saya sudah ada kopi dan makanan yang disediakan oleh istri kakak.
Terimakasih kak

waktu sudah menunjukkan jam 21:00wita, kakak menyarankan untuk menginap dirumahnya. tapi karena saya harus mengejar tempat berikutnya saya paksakan untuk diantar ke lokasi terdekat tkp.
beliaupun mengiyakan dan akan mengantar saya ke tujuan.

Setelah semua siap, sayapun pergi menggunakan mobil sebelumnya kerumah pak.Made untuk mengambil barang saya yang dititip sebelumnya. Jarak rumah ternyata cukup dekat, sayapun tiba dirumah pak.Made.

Bapak dari pak.Made adalah seorang Jro Mangku / tokoh masyarakat desa Abang. beliau bercerita banyak tentang sejarah dan ilmu mistis di Bali. Tidak hanya orang lokal, wisatawan asing dari berbagai negara banyak yang sudah menjadi murid beliau.



Dan lagi saya diperkenankan untuk menginap dirumah beliau. Ingin sekali tapi saya harus mengejar tujuan berikutnya.

Setelah berpamitan, saya pun diantar kakak ke tempat tujuan.


Gunung Abang
Gunung Abang? abang=kakak? bukan! Abang (abangan) dalam bahasa Bali berarti tebing..... konon karena gunung ini adalah sebuah lereng terjal akibat meletusnya gunung Batur lama, yang menyebabkan puncak gunung merosot ke dalam "perut" gunung itu sendiri. Sehingga gunung batur (puncak gunung jalam dulu) berada di tengah sebuah lembah, dan di timur dari Gunung batur yang sekarang ini adalah sebuah danau tanpa mata air, akibat menampung air hujan sehingga menjadi danau rada asin sampai sekarang. Ada sebuah desa tua peninggalan jaman Bali Mula (sebelum Bali Kuno = sudah mengenal tulisan), yang bernama Desa Trunyan yang memiliki cara penguburan yang khas. Banyak yang khas disini termasuk rupa orangnya :-), khas dalam artian 75% berbeda dengan peradaban Bali dari jaman Bali Kuno.

Lembah Batur ini menyimpan sejarah periode jaman sebelum Hindu datang ke Bali (700 th M). Dimana sebelum itu ada desa-desa tua yang memilikii sejarah China/tiongkok. Ada desa Songan (bahasa chinanya adalah Song Ahn), dan di lereng yang lain ada desa Lampu (dinamai dari keluarga Lam dan Pho), ada desa Balingkang (percampuran Bali dan keluarga Kang)..... dan banyak lagi desa yang bernama China. Sejarah yang lain, di desa Songan ini berdiri bangunan mirip pagoda, yang sekarang oleh umat Hindu Bali disebut Meru yang lazim berada di tiap pura di Bali, adalah bangunan tertua di Bali, sekarang bernama Pura Ulun Danu Songan. Dan wujudnya mirip dengan pagoda di China, jepang dsb. Di lereng selatan Batur, dulu terdapat bekas kerajaan tertua di Bali, tepatnya di Desa Manik Liu (manik=permata, liu=banyak), disini sekarang ini, dijadikan tempat penggalian purbakala... . karena ada ditemukan sarkofagus, manik2, tapak bangunan kota dsb.
Pelinggih adalah tempat stana Hyang Widhi WaƧa dengan segala manifestasinya yang dibuat sesuai dengan Asta Dewa dan Asta Kosali serta telah disangaskara

Pura ini dibuat sebagai pemujaan betara di Gunung Abang. Di dalam pura ini terdapat pelinggih yang sangat dipingitkan oleh para pengempon pura yaitu berupa 2 buah MeruTumpang Tiga yang merupakan stana dari ida ratu Bhujangga Sakti dan ida Ratu Bhujangga Luwih.
[sumber:sebelah]